Islam sebagai sebuah agama yang rahmatan lil'alamin sudah seharusnya bersifat solutif. Mampu memecahkan masalah-masalah dari yang sifatnya klasik hingga modern bagi para pemeluknya maupun penganut agama lain. Namun apa yang terjadi belakangan ini sungguh memprihatinkan. Islam hanya berdiri sebatas simbol/lambang semata. Ibadah-ibadah keagamaan hanya bersifat rutinitas yang jauh dari nilai esensi. Dalam hal politik pun Islam menunjukan kegoyahannya dalam barisan perjuangan umat. Partai Islam seperti buih dilautan yang tanpa arah dan mudah dikendalikan oleh badai hegemoni materialisme dan kepentingan duniawi. Persis seperti yang telah dikatakan oleh Nabi Muhammad dalam sebuah hadis riwayat Abu Daud bahwa ummatnya akan dilanda penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati). Hal inilah akar dari semua masalah yang dihadapi oleh mereka yang mengaku pemeluk Agama Islam diakhir jaman ini.
Piagam madinah merupakan eksperiman Nabi Muhammad tentang pluralisme, mengakui dan melindungi pemeluk agama lain dalam dinamika kehidupan bermasyarakat. Konsep ini mempunyai relevansi dengan kehidupan manusia yang memang plural dalam banyak aspek. Mengingkari pluralism berari mengingkari sunnatullah dimana Allah memang menciptakan manusia dalam berbagai kategori suku, etnis dan bangsa. Hal ini bisa menjadi dasar kita untuk melawan tuduhan terorisme pada umat islam. Islam adalah agama yang menjadi rahmat bagi semesta Alam serta agama yang telah disempurnakan oleh Allah SWT. Jika ada pandangan buruk tentang Islam, itu bukan pada nilai Islamnya, melainkan ada yang salah dari para pemeluknya.
Secara genealogi bisa dilacak bahwa Islam merupakan salah satu ruh perjuangan para pahlawan bangsa dalam memperoleh kemerdekaan. Islam punya peran penting dalam menentukan arah hidup masyarakat. Namun dimasa kemerdekaan Islam seolah melemah, bukan karena ulah kelompok lain, tapi oleh penganut Islam sendiri. Banyak umat Islam yang kurang mempelajari Islam secara "Kaffah". Hal ini mengakibatkan aktifitas ibadah sebagai aplikasi keimanan mengalami pengurangan nilai esensi ibadah, bahkan cenderung meyimpang. Dalam hal ibadah, ilmu mempunyai peran yang begitu penting. Karena tanpa ilmu, ibadah bisa jadi tidak akan diterima oleh Allah, bahkan tanpa ilmu ibadah bisa menjerumuskan ke neraka. Kegagalan syariat Islam di terapkan di Indonesia pada awal kemerdekaan sebagai dasar negara bisa jadi pelajaran. Para tokoh sentral pergerakan yang beragam Islam pada umumnya berpendidikan barat, sedangkan yang memperjuangkan Syariah sebagai dasar negara tidak punya pendidikan yang kompetitif dan akademis yang kuat. Hal ini bisa menjadi indikator bagi kita bahwa Ilmu punya arti penting bagi kehidupan beragama kita.
QS. Al-'Ankabuut (Al-'Ankabut) [29] : ayat 43
[29:43] Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
Namun untuk saat ini, bukan lagi saatnya memperdebatkan Pancasila dengan Islam. Apakah Pancasila dan Syariah Islam bertentangan atau dipertentangkan? Jika kita kaji lebih dalam dengan pendekatan ilmu sosial, bahwa kesemuanya adalah perangkat symbol sebagai sarana sesuai situasi dan kondisi. Nilai keislaman tetap akan menjadi suatu yang lebih utama, jika diterapkan oleh para pemeluknya. Karena nilai-nilai pancasila pun telah terangkum dan menjadi irisan yang ada dalam nilai-nilai Islam, ibarat peraturan lalu lintas yang tak ada dalam syariat Islam tapi menjadi bagian integral secara esensi dalam nilai-nilai keislaman tentang kemaslahatan umat. Jadi apakah islam itu bertentangan atau dipertentangkan? tergantung pemahaman dan kemampuan kita dalam memahami Islam itu sendiri.
Piagam madinah merupakan eksperiman Nabi Muhammad tentang pluralisme, mengakui dan melindungi pemeluk agama lain dalam dinamika kehidupan bermasyarakat. Konsep ini mempunyai relevansi dengan kehidupan manusia yang memang plural dalam banyak aspek. Mengingkari pluralism berari mengingkari sunnatullah dimana Allah memang menciptakan manusia dalam berbagai kategori suku, etnis dan bangsa. Hal ini bisa menjadi dasar kita untuk melawan tuduhan terorisme pada umat islam. Islam adalah agama yang menjadi rahmat bagi semesta Alam serta agama yang telah disempurnakan oleh Allah SWT. Jika ada pandangan buruk tentang Islam, itu bukan pada nilai Islamnya, melainkan ada yang salah dari para pemeluknya.
Tanpa memahami Islam secara kaffah dengan ilmu, maka nilai-nilai ke-Islam-an bagi umat islam akan mengalami anomie (kevacuman nilai dalam masyarakat). Jika sudah begitu, umat islam hanya menjadi bola dalam permainan kehidupan bermasyarakat maupun berbangsa. Islam terkadang di libatkan dalam urusan bermasyarakat dan bernegara, tak jarang juga Islam dipinggirkan pada sudut-sudut kehidupan. Islam hanya sekedar muktamar, seminar, syuro' dan aktifitas sehari-hari yang tanpa makna. Oleh karena itu, kaum muslimin harus menyadari pentingnya memahami Islam secara kaffah dengan ilmu agar mampu menjadi cahaya dunia, sebagai rambu bagi mereka yang keblabasan, penggali potensi bagi mereka yang diam. Jika esensi dari ajaran islam telah dipahami dan teraktualisasi, maka islam akan benar-benar tumbuh subur diatas hamparan bumi dan langit. Al Quran dan Al hadis jangan sampai lepas dari genggaman kaum muslmimin, karena keduanya adalah ruh dari ajaran indah yang di anugerahkan oleh Allah SWT kepada umat manusia.
(artikel di publish pada tabloid Al-Ihsan Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Muslim Universitas Gadjah Mada)
No comments:
Post a Comment
assalamualaikum