temen2..mohon komen dan masukannya untuk karya ku yang satu ini ya..mohon jempolnya juga...PENTING ^^
PESERTA NO. 8
FADILA RAHMADANI_UNIVERSITAS LAMPUNG_BANDAR LAMPUNG
Rintik itu... ya, rintik itu membasahi setiap jengkal sisi pepohonan dihadapanku berdiri saat ini. Tak ayal tubuh ini pun merasakan tetesan cintaNya.. ratusan..bahkan ribuan tetes rahmatNya. Ya Rabb.. adakah lisan yang mencerca nikmatMu ini.. betapa kasih sayangMu tercurah pada ku sore ini... syahdu kurasakan..terkadang semilir angin dingin yang berhembus bersama butiran cintaMu ini menyapu batinku...mengingatkan akan setiap dosa yang ku lakukan..membayangkan..betapa beruntungnya aku, jika dengan hujanmu sore ini turut membasuh seluruh dosa masa laluku. Ah...dapatkah ya Rabb??...
Perlahan embun bening itu mengalir dari mataku, hangat. Ya Rabb.. aku ingin kembali.. dapatkah aku peroleh kembali senyumanMu.. aku mohon ampun ya Rabb.. aku ingin senyuman mereka, orang yang ku sayang kembali mengisi hari-hariku.. aku ingin sapaan mereka kembali untukku.. aku ingin sms-sms taujih mereka kembali meramaikan handphoneku yang selama ini tak lagi ku dengar ya Rabb... sungguh aku ingin kembali..
***
Perhatianku terpecah, pada dakwah yang ku cintai, pada kuliah yang cukup membebani pikiranku dan pada wajihah-wajihah lain eksternal kampusku. Menjadi seorang mahasiswa di universitas negeri di Jogjakarta sudah merupakan cita-citaku sejak dulu, jadi..tak apalah, aku harus bertahan dengan semua ujian yang ada termasuk padatnya hari-hariku ini..tiba-tiba aku teringat kata guru ngajiku, lebih baik disibukkan dengan kebaikan, karena jika tidak begitu kita pasti sedang disibukkan dengan keburukan, ku yakini itu. Selain kesibukanku pada dunia kampus...aku juga disibukkan dengan kehadirannya, dia yang masuk ke dalam kehidupanku, pada dia yang mewarnai hariku, pada dia yang membuat hidupku menjadi merah jambu.
Tak sadar ku, semua aktifitas ini membuatku jauh dari memperhatikan kesehatanku sendiri, kian lama kian menurun saja rasanya imunitas tubuh ini..”ah..andai dekat mama..aku pasti tidak begini..”, gumam ku sesal.
Sudah hampir satu minggu aku terbaring disini, diruangan serba putih yang membuatku sendiri tak nyaman, berkali-kali suster cantik itu mondar-mandir dikamarku menanyakan keperluanku pagi ini. Baiklah..sekarang aku sendiri, rasanya ingin teriak ...dimanakah ukhuwah yang digaung-gaungkan itu? Dimanakah persaudaraan yang dibangga-banggakan itu? Aku disini sudah seminggu, dimanakah empati yang lain? Tidakkah kehilanganku? Tidakkah mencariku? Menanyakan kabarku... duhai.... hanya sepi yang kurasa..
“Tut..tut...”
Handphoneku berdering tanda sms masuk, segera kubaca...
assalamu’alaikum, ukhty riri...lama ga klihatan dikampus, kemana? Pulkam ya?”
MasyaAllah... sebuah pesan singkat masuk, menanyakan kabarku, sayangnya bukan dari sahabat-sahabat ku..melainkan dari ikhwan yang kurang begitu ku kenal. Ada yang aneh ku rasa, namun entah apa itu tak ku pedulikan, bagiku siapapun yang sms dengan niatan yang baik akan aku balas. Tanpa pikir panjang aku berbalas sms dengannya. Barulah aku mengetahui, dia ikhwan satu wajihah denganku internal kampus yang rupanya diam-diam ia kagum padaku karena segudang aktifitas ku.
Kesepian yang kurasa kini berganti dengan ramainya hatiku, hangat dan terasa semilir angin sejuk selalu menyapaku manakala sms nya mengisi hari-hariku. Duhai Rabb..apa yang sedang ku rasakan ini..? aku begitu merindukan sapanya, candanya meski hanya lewat sms, aku merasa nyaman walau hanya sms-an dengannya. Dia, ya..dia yang wajahnya sajapun aku belum mengenalinya. Siapa dia?
***
“hallo..assalamu’alaikum, tumben nelfon akh?”
“wa’alaikumsalam, emm iya ukh..ane pengen ketemu, ada yang ingin ane sampaikan..boleh?”
“emm..ntar ya ane pikir2 dulu, ntar ane sms, wassalam”
Percakapan singkat kami yang tidak kuduga sama sekali sebelumnya, ternyata dia berani menelfonku. Kaget luar biasa, aku bingung harus menjawab apa..samapi-sampai aku lupa, aku yang mematikan telfon darinya, sungguh tidak sopan rasanya. Disatu sisi aku tau tidak mungkin aku menerima tawarannya untuk bertemu, berdua?? Khalwat? Oh itu jauh dari kamusku.. tapi...disisi lain..aku ingin sekali bertemu, aku ingin tau wajahnya, aku ingin tau seperti apa sosok yang selalu kurindukan sms-sms nya itu...
Tak lama aku berpikir, sejurus itu aku mengambil handphoneku dan segera ku tuju menu pesan, kukirim beberapa kalimat ke tujuan “rafi”. Dan tak perlu lama pula aku menunggu, sebuah balasan darinya..”ok”. siang nanti kami janjian untuk bertemu, yah kami janjian hanya bertemu sebentar tidak boleh lebih dari 15 menit dan jarak kami minimal harus 1,5 meter, kataku.
***
Malam ini ....ah tidak rasanya masih sore.. perasaanku terbuai, indah ...jendela kamarku sengaja tak kututup, hendak memandangi bintang yang indah malam ini, semilir angin malam ini pun tak terasa dingin bagiku, bahkan terasa hangat..sangat hangat..inikah yang dinamakan cinta ya Rabb? Cinta pada pandangan pertama, setelah melihat wajahnya...hmm.. astaghfirullah..kusadari ada yang salah dengan hatiku ini ... ada yang mengelam disini, terasa. Tapi perasaan hangat ini seolah menutup mata hatiku dari semua teguran dan sinyal-sinyal nuraniku.. tak segera kusadari..
Semakin lama menjalin hubungan dengannya, semakin berani saja aku dengannya. Dari hanya sms-an, kini kami telfonan, bahkan ia sering mengajakku makan berdua diluar dan aku selalu mengiyakan ajakannya. Pertahananku semakin kendur kurasa, semakin banyak bolongnya penjagaan yaumiyahku. Duhai Allah... bawa aku kembali..teriak batinku lemah.
***
Sudah hampir setahun hubungan ini kami jalani, suka duka kami lalui, hubungan apalah namanya inipun aku tak tahu, berkali kami marah karena saling cemburu dan lain sebagainya. Hubungan tanpa status ini bukan bertahan tanpa cobaan, bahkan kabar hubungan kami sudah banyak didengar teman-teman kami, teguran demi teguran pun aku dapatkan. Namun.. ah Rabb..aku tau batinku lemah, terasa hampa, kosong dan kering... duhai cinta, namun hati ini sudah terlanjur kecewa dengan embel-embel bernama ukhuwah dan persaudaraan.. kemana yang lain ketika aku membutuhkan? Yang ada saat itu hanya dia.
***
Siang ini kami bertengkar hebat, kudapati ia berkomen mesra dan akrab sekali dengan seorang akhwat yang ku kenal di sebuah jejaring sosial. Saat ku tanya dia baik-baik tentang hubungan mereka, justru putusnya hubungan diantara kami yang aku dapatkan. Bagai disambar geledek aku disiang itu, sepihak bagiku, tanpa banyak basa basi dia mengatakan bosan denganku...sakit..aku ambruk hari itu..
Saat ku buka mata ini, kembali pemandangan tak nyaman yang kudapati, ruangan serba putih dan ..yah aroma khas rumah sakit. Tekanan darahku rendah, tubuhku lemah, bahkan dokter menyarankan aku untuk ke psikiater setelah kondisi tubuhku membaik. Aw! Ada apa gerangan! Aku tidak gilaaa.... pikiranku kacau, semakin kacau saja, aku depresi..depresi berat, karena dia..dia kini yang amat ku benci. Tidak pernah terbayang olehku sebelumnya. Sangat membencinya..
***
Perilaku, akhlak dan penampilanku ku ubah 180 derajat sebagai bentuk kekecewaanku padanya, juga pada ukhuwah yang selama ini terdengar indah di telingaku. Gamis-gamisku kuganti dengan baju ketat dan celana levis. Sengaja aku berbohong pada papa untuk meminta uang lebih karena ada bayaran mendadak dan sebagainya. Yang ternyata semua uang yang dikirim aku belikan baju-baju ketat, levis dan jilbab-jilbab tipis layaknya pakaian cewek-cewek gaul zaman sekarang. Jilbab panjangku yang dulu melebihi pinggangku, dengan berani kuganti jilbab tipis yang hanya sedada. “Yah.. toh aku masih syar’i”..syaithan telah menguasai pikiranku. Membenarkan segala perbuatanku, lebih tepatnya aku berlindung dibalik permainan pikiranku sendiri.
Aku kini bak anak baru yang masih butuh bimbingan disana sini, melegalkan pandangan liar ini mendarat pada wajah-wajah tampan. Ah.. kenapa aku jadi seperti ini? Ada perang dalam batinku..aku menangis..terdiam..sendiri...berkali ku berteriak..”dimana ukhuwaaaaah!!”...mataku sembab. Perih..
Suatu hari aku berpapasan dengan sahabatku dulu, yang saat aku masih menjalin hubungan dengan ikhwan tak berhati itu, dialah yang sering menasehatiku, rutin menanyakan kabarku, dan sering mengajakku ke pengajian macam-macam. Karena bosan aku pun memarahinya dan memintanya untuk tidak usah mempedulikan serta mencampuri urusanku, aku tau ia sedih, aku tau ia menangis...bodohnya aku yang menyakitimu sahabat.. tak kan ku ulangi..aku menyesal.. kata-kata menyakitkan dulu itu takkan pernah ku katakan lagi.. sesungguhnya aku sayang padamu.
Sedikit ku dongakkan kepala, mencoba mencari senyum diwajahnya kala itu, ah..ia masih sama.. berjalan menunduk.. ghadul bashar yang tetap ia jaga..tak sepertiku ini.. duhai Rabb... aku rindu padaMu...sesak, batinku sesak.. segera butiran bening itu meluncur dipipiku yang dengan sigap segera ku hapus karena aku tidak ingin ada yang melihat tangisku..”semakin bodoh saja aku nanti”..
“assalamu’alaikum ri..”. sapanya lembut
“wa’alaikumsalam... ah, fara..mau kemana?”. Tanyaku basi
“mau ke mushola.. ikut yuk, “.
“emm..oh, aku ada urusan, duluan aja.. makasi ya ajakannya..”. jawabku gagap
“oh gitu.. ya udah, ane duluan ya ukh..assalamu’alaikum”.
Aha!.. dia tersenyum padaku.. manis.. alhamdulillah.. ya Rabb..aku senang.. terimakasih cinta, aku tau Kau masih sayang padaku.” Fara, sahabatku..dia..dia.. tersenyum padaku, masih memanggilku ukhty..aku rindu panggilan itu...”. teriak batinku
“oh..wa wa’alaikumsalam..”. senyumku
***
Aku sudah bosan dengan celaan dan cemoohan orang-orang disekitarku, baik adik tingkat, kakak tingkat dan bahkan dari teman-temanku sendiri.. teman-teman organisasiku.. sedih dan tak menyangka hatiku akan mendapat tamparan bahkan pukulan dari mereka yang kusayang, yang tidak pernah ada sedikitpun aku menghakimi sikap mereka. Tapi kini... aku dihakimi mati-matian layaknya terdakwa perbuatan zina! Duhai Rabb-ku... aku tidak seperti itu.. sungguh..aku hanya rindu ukhuwah yang termahsyur itu... dimana ia ya Rabb...
Berkali ku berlari bersembunyi disudut taman kampus setiap dada ini merasa sesak, sakit dan pahit merasakan setiap kata, pandangan sinis bahkan rasanya aku sudah tak kuat lagi.. aku sempat berfikir ingin mengakhiri hidup ini, tak ada yang peduli denganku saat ini. Hidupku hanya berada diantara mencoba bertahan atau mati. Bodohnya aku...sempat pula aku menyesali perubahan sikap dan penampilanku ini, kenapa aku bergaya se-jahiliyah ini duhai Rabb??... kembalikan aku...
Mendung kini, seolah tau akan kondisi hatiku.. menetes satu persatu namun pasti..membasahi setiap jengkal tanahNya. Mendung yang kian gelap menambah sesak batinku..oh Rabb.. ampuni aku cinta..aku menyesal.. aku ingin kembali..tubuhku bergetar..bukan karna dinginnya suasana kala itu..namun karna perasaan haru ingin merubah diri kembali menjadi pribadiku yang dulu..pribadi yang kokoh dengan cintaNya, aku masih bisa kembali kan ya Rabb..? masih adakah kesempatan itu?...
Aku semakin terduduk.. berangsur tubuhku hilang keseimbangannya.. dambaku aku menemuiMu ya Rabb.. pandanganku mulai kabur.. berkabut..dan..gelap.
***
“alhamdulillah rii... kamu udah sadar.. aku sangat khawatir kemarin..badanmu dingin dan pucat banget sih.. “. Sapa fara khawatir
Antara sadar dan tidak, aku menatap wajah sendunya.. masih terlihat sembab dimatanya..masih terlihat cemas diwajahnya..masih terlihat kasih sayangnya.. oh sahabat..aku merasa bersalah padamu.. melihat senyum itu diwajahmu..hatiku meringis...seperti ada perih luka sayatan yang tersembuhkan...hmm.. kubalas cemasmu dengan senyuman..
“iya fara..aku ga apa-apa ko... Cuma lemes aja...kamu yang bawa aku kesini?”. Tanyaku penasaran
“iya ri, kemarin waktu ujan mulai reda aku liat ada yang tergeletak disudut taman..waktu aku berlari mendekat , aku kaget itu ternyata kamu..langsung deh aku panggil temen-temen dan minta tolong untuk ngebawa kamu ke rumah sakit.. kamu ga sarapan ya ri? Apa sakitmu lagi kambuh? Atau kamu emang lagi kurang enak badan?...hmm?. jelas fara panjang lebar
Ah.. fara..kamu masih sama seperti sahabatku yang dulu, yang selalu ada dan bahkan selalu cereweti aku yang sering lalai akan kesehatanku sendiri. Ternyata ukhuwah yang ribut kucari entah kemana itu sebenarnya ada padamu ra.. bodohnya aku tak puas dengan persahabatan darimu...setiap melihatmu aku serasa melihat syurga, sahabat terbaikku.. hmm ..aku jadi teringat kata-kata mu dahulu..”ri, teman terbaik itu yang selalu ada dikala kamu suka dan duka, bukan hanya ada dikala kamu suka dan akan menghilang dikala kamu duka.. moga kita tetap sahabat ya ri “...
Fara... sosok muslimah yang menjadi teman teladanku, pengingatku, bukan sempurnamu tanpa cacat, tapi karna sempurnamu bercacatlah yang membuatmu menjadi muslimah sejati.. terbaik dimataku... bukan.. bukan karna kamu sahabatku..tapi karna kamu yang tetap tersenyum walau sudah kusakiti...karna kamu yang masih mau mendekatiku walau sudah kucaci bahkan karena kebaikanmu padaku...
Fara..andai semua muslimah sepertimu, yang saling menjaga dan juga terjaga... memesona dunia dengan akhlakmu... menjadi cermin bagi hatimu...menjadi tameng bagi nafsu...hmm.. ajari aku kembali ra... ajak aku mengenali lagi siapa aku dan siapa Rabb-ku...tak terasa air mataku mengalir memandangi wajahnya yang sedang sibuk menyelimutiku.
“ra...maafin aku selama ini yaa...aku nyesel banget atas perlakuan burukku ke kamu dulu”. Kenangku
“hmm.. iya ri.. aku paham kondisimu waktu itu.. bahkan aku selalu memperhatikan dan mengawasimu ko.. aku tau tiap kamu selalu berlari ke sudut taman dan menangis disana... aku tau ri, tiap air mata yang tiba-tiba kamu seka waktu kita berpapasan dulu...aku gak membiarkanmu sendiri ri, aku hanya memberimu waktu..”
Penjelasan fara..membuat simpul senyum diwajahku.. ah fara.. ternyata kamu tidak meninggalkanku..
“ri.. ukhuwah itu masih ada..ia kekal di hati, dan ri.. yang perlu kamu tau dan pahami ukhuwah itu bukan seberapa banyak kamu menerima, tapi seberapa banyak kamu memberi.. yang akhirnya akan membuahkan ukhuwah diantara kita “...
“iya ra... ajak aku lagi ya..” senyumku tulus
***
“assalamu’alaikum ri...hujan nih.. tau kan kamu harus apa??”. Sapa fara
“eh..wa’alaikumsalam ra.. apa ya? Bawa mantel? Udah ko..”. godaku
“iiihhh... bukan!!!... kalo hujan ituuu...
“DOA yukk...”. jawab kami berbarengan
“nahhh... itu taukk... ehehe..”. tawa fara
“iya ra.. aku ga akan lupa nasihatmu itu...”
ALLAHUMMA SHOYYIBAN NAFI’A....
“ri.. ini salah satu waktu mustajab loh.. minta yang banyak yuk ama Allah..”. ajak fara semangat
“oke deh ra..”
Hujan... kau diciptakan Rabb-ku dengan banyak manfaat...semenjak ini aku sangat mencintaimu hujan.. karenamu... aku tersadarkan.. hanya padaNya aku meminta dan memohon pertolongan. Hujan... setiap kau hadir banyak yang ku pinta pada Rabb-ku... namun satu yang sering ku ulang-ulang...”duhai Rabb.. terimalah taubatku”.
Hujan... rintikmu kian terasa membanjiri hatiku.. menyejukkan tiap sisinya dengan rahmat Tuhanmu.. Tuhanku..Allah..Rabb semesta alam..
Hujan...tolong sampaikan taubatku pada Dia.. Rabb yang menggenggam jiwaku.
Pada Dia..yang menganugrahkan persahabatan....
Pada Dia..yang mengenalkan aku pada ukhuwah...
Note : jazakillah untuk ukhty yang sudah menginspirasi karya ini ^^
Semoga Allah menerangi jalan kita selalu, meluruskan yang mulai membengkok dijalanNya... karena ukhuwah itu bukan ada pada jarak yang dekat, tapi melainkan ada pada hati yang berpadu karena Nya..
Oleh : Fadila Rahmadani
PESERTA NO. 8
FADILA RAHMADANI_UNIVERSITAS LAMPUNG_BANDAR LAMPUNG
Rintik itu... ya, rintik itu membasahi setiap jengkal sisi pepohonan dihadapanku berdiri saat ini. Tak ayal tubuh ini pun merasakan tetesan cintaNya.. ratusan..bahkan ribuan tetes rahmatNya. Ya Rabb.. adakah lisan yang mencerca nikmatMu ini.. betapa kasih sayangMu tercurah pada ku sore ini... syahdu kurasakan..terkadang semilir angin dingin yang berhembus bersama butiran cintaMu ini menyapu batinku...mengingatkan akan setiap dosa yang ku lakukan..membayangkan..betapa beruntungnya aku, jika dengan hujanmu sore ini turut membasuh seluruh dosa masa laluku. Ah...dapatkah ya Rabb??...
Perlahan embun bening itu mengalir dari mataku, hangat. Ya Rabb.. aku ingin kembali.. dapatkah aku peroleh kembali senyumanMu.. aku mohon ampun ya Rabb.. aku ingin senyuman mereka, orang yang ku sayang kembali mengisi hari-hariku.. aku ingin sapaan mereka kembali untukku.. aku ingin sms-sms taujih mereka kembali meramaikan handphoneku yang selama ini tak lagi ku dengar ya Rabb... sungguh aku ingin kembali..
***
Perhatianku terpecah, pada dakwah yang ku cintai, pada kuliah yang cukup membebani pikiranku dan pada wajihah-wajihah lain eksternal kampusku. Menjadi seorang mahasiswa di universitas negeri di Jogjakarta sudah merupakan cita-citaku sejak dulu, jadi..tak apalah, aku harus bertahan dengan semua ujian yang ada termasuk padatnya hari-hariku ini..tiba-tiba aku teringat kata guru ngajiku, lebih baik disibukkan dengan kebaikan, karena jika tidak begitu kita pasti sedang disibukkan dengan keburukan, ku yakini itu. Selain kesibukanku pada dunia kampus...aku juga disibukkan dengan kehadirannya, dia yang masuk ke dalam kehidupanku, pada dia yang mewarnai hariku, pada dia yang membuat hidupku menjadi merah jambu.
Tak sadar ku, semua aktifitas ini membuatku jauh dari memperhatikan kesehatanku sendiri, kian lama kian menurun saja rasanya imunitas tubuh ini..”ah..andai dekat mama..aku pasti tidak begini..”, gumam ku sesal.
Sudah hampir satu minggu aku terbaring disini, diruangan serba putih yang membuatku sendiri tak nyaman, berkali-kali suster cantik itu mondar-mandir dikamarku menanyakan keperluanku pagi ini. Baiklah..sekarang aku sendiri, rasanya ingin teriak ...dimanakah ukhuwah yang digaung-gaungkan itu? Dimanakah persaudaraan yang dibangga-banggakan itu? Aku disini sudah seminggu, dimanakah empati yang lain? Tidakkah kehilanganku? Tidakkah mencariku? Menanyakan kabarku... duhai.... hanya sepi yang kurasa..
“Tut..tut...”
Handphoneku berdering tanda sms masuk, segera kubaca...
assalamu’alaikum, ukhty riri...lama ga klihatan dikampus, kemana? Pulkam ya?”
MasyaAllah... sebuah pesan singkat masuk, menanyakan kabarku, sayangnya bukan dari sahabat-sahabat ku..melainkan dari ikhwan yang kurang begitu ku kenal. Ada yang aneh ku rasa, namun entah apa itu tak ku pedulikan, bagiku siapapun yang sms dengan niatan yang baik akan aku balas. Tanpa pikir panjang aku berbalas sms dengannya. Barulah aku mengetahui, dia ikhwan satu wajihah denganku internal kampus yang rupanya diam-diam ia kagum padaku karena segudang aktifitas ku.
Kesepian yang kurasa kini berganti dengan ramainya hatiku, hangat dan terasa semilir angin sejuk selalu menyapaku manakala sms nya mengisi hari-hariku. Duhai Rabb..apa yang sedang ku rasakan ini..? aku begitu merindukan sapanya, candanya meski hanya lewat sms, aku merasa nyaman walau hanya sms-an dengannya. Dia, ya..dia yang wajahnya sajapun aku belum mengenalinya. Siapa dia?
***
“hallo..assalamu’alaikum, tumben nelfon akh?”
“wa’alaikumsalam, emm iya ukh..ane pengen ketemu, ada yang ingin ane sampaikan..boleh?”
“emm..ntar ya ane pikir2 dulu, ntar ane sms, wassalam”
Percakapan singkat kami yang tidak kuduga sama sekali sebelumnya, ternyata dia berani menelfonku. Kaget luar biasa, aku bingung harus menjawab apa..samapi-sampai aku lupa, aku yang mematikan telfon darinya, sungguh tidak sopan rasanya. Disatu sisi aku tau tidak mungkin aku menerima tawarannya untuk bertemu, berdua?? Khalwat? Oh itu jauh dari kamusku.. tapi...disisi lain..aku ingin sekali bertemu, aku ingin tau wajahnya, aku ingin tau seperti apa sosok yang selalu kurindukan sms-sms nya itu...
Tak lama aku berpikir, sejurus itu aku mengambil handphoneku dan segera ku tuju menu pesan, kukirim beberapa kalimat ke tujuan “rafi”. Dan tak perlu lama pula aku menunggu, sebuah balasan darinya..”ok”. siang nanti kami janjian untuk bertemu, yah kami janjian hanya bertemu sebentar tidak boleh lebih dari 15 menit dan jarak kami minimal harus 1,5 meter, kataku.
***
Malam ini ....ah tidak rasanya masih sore.. perasaanku terbuai, indah ...jendela kamarku sengaja tak kututup, hendak memandangi bintang yang indah malam ini, semilir angin malam ini pun tak terasa dingin bagiku, bahkan terasa hangat..sangat hangat..inikah yang dinamakan cinta ya Rabb? Cinta pada pandangan pertama, setelah melihat wajahnya...hmm.. astaghfirullah..kusadari ada yang salah dengan hatiku ini ... ada yang mengelam disini, terasa. Tapi perasaan hangat ini seolah menutup mata hatiku dari semua teguran dan sinyal-sinyal nuraniku.. tak segera kusadari..
Semakin lama menjalin hubungan dengannya, semakin berani saja aku dengannya. Dari hanya sms-an, kini kami telfonan, bahkan ia sering mengajakku makan berdua diluar dan aku selalu mengiyakan ajakannya. Pertahananku semakin kendur kurasa, semakin banyak bolongnya penjagaan yaumiyahku. Duhai Allah... bawa aku kembali..teriak batinku lemah.
***
Sudah hampir setahun hubungan ini kami jalani, suka duka kami lalui, hubungan apalah namanya inipun aku tak tahu, berkali kami marah karena saling cemburu dan lain sebagainya. Hubungan tanpa status ini bukan bertahan tanpa cobaan, bahkan kabar hubungan kami sudah banyak didengar teman-teman kami, teguran demi teguran pun aku dapatkan. Namun.. ah Rabb..aku tau batinku lemah, terasa hampa, kosong dan kering... duhai cinta, namun hati ini sudah terlanjur kecewa dengan embel-embel bernama ukhuwah dan persaudaraan.. kemana yang lain ketika aku membutuhkan? Yang ada saat itu hanya dia.
***
Siang ini kami bertengkar hebat, kudapati ia berkomen mesra dan akrab sekali dengan seorang akhwat yang ku kenal di sebuah jejaring sosial. Saat ku tanya dia baik-baik tentang hubungan mereka, justru putusnya hubungan diantara kami yang aku dapatkan. Bagai disambar geledek aku disiang itu, sepihak bagiku, tanpa banyak basa basi dia mengatakan bosan denganku...sakit..aku ambruk hari itu..
Saat ku buka mata ini, kembali pemandangan tak nyaman yang kudapati, ruangan serba putih dan ..yah aroma khas rumah sakit. Tekanan darahku rendah, tubuhku lemah, bahkan dokter menyarankan aku untuk ke psikiater setelah kondisi tubuhku membaik. Aw! Ada apa gerangan! Aku tidak gilaaa.... pikiranku kacau, semakin kacau saja, aku depresi..depresi berat, karena dia..dia kini yang amat ku benci. Tidak pernah terbayang olehku sebelumnya. Sangat membencinya..
***
Perilaku, akhlak dan penampilanku ku ubah 180 derajat sebagai bentuk kekecewaanku padanya, juga pada ukhuwah yang selama ini terdengar indah di telingaku. Gamis-gamisku kuganti dengan baju ketat dan celana levis. Sengaja aku berbohong pada papa untuk meminta uang lebih karena ada bayaran mendadak dan sebagainya. Yang ternyata semua uang yang dikirim aku belikan baju-baju ketat, levis dan jilbab-jilbab tipis layaknya pakaian cewek-cewek gaul zaman sekarang. Jilbab panjangku yang dulu melebihi pinggangku, dengan berani kuganti jilbab tipis yang hanya sedada. “Yah.. toh aku masih syar’i”..syaithan telah menguasai pikiranku. Membenarkan segala perbuatanku, lebih tepatnya aku berlindung dibalik permainan pikiranku sendiri.
Aku kini bak anak baru yang masih butuh bimbingan disana sini, melegalkan pandangan liar ini mendarat pada wajah-wajah tampan. Ah.. kenapa aku jadi seperti ini? Ada perang dalam batinku..aku menangis..terdiam..sendiri...berkali ku berteriak..”dimana ukhuwaaaaah!!”...mataku sembab. Perih..
Suatu hari aku berpapasan dengan sahabatku dulu, yang saat aku masih menjalin hubungan dengan ikhwan tak berhati itu, dialah yang sering menasehatiku, rutin menanyakan kabarku, dan sering mengajakku ke pengajian macam-macam. Karena bosan aku pun memarahinya dan memintanya untuk tidak usah mempedulikan serta mencampuri urusanku, aku tau ia sedih, aku tau ia menangis...bodohnya aku yang menyakitimu sahabat.. tak kan ku ulangi..aku menyesal.. kata-kata menyakitkan dulu itu takkan pernah ku katakan lagi.. sesungguhnya aku sayang padamu.
Sedikit ku dongakkan kepala, mencoba mencari senyum diwajahnya kala itu, ah..ia masih sama.. berjalan menunduk.. ghadul bashar yang tetap ia jaga..tak sepertiku ini.. duhai Rabb... aku rindu padaMu...sesak, batinku sesak.. segera butiran bening itu meluncur dipipiku yang dengan sigap segera ku hapus karena aku tidak ingin ada yang melihat tangisku..”semakin bodoh saja aku nanti”..
“assalamu’alaikum ri..”. sapanya lembut
“wa’alaikumsalam... ah, fara..mau kemana?”. Tanyaku basi
“mau ke mushola.. ikut yuk, “.
“emm..oh, aku ada urusan, duluan aja.. makasi ya ajakannya..”. jawabku gagap
“oh gitu.. ya udah, ane duluan ya ukh..assalamu’alaikum”.
Aha!.. dia tersenyum padaku.. manis.. alhamdulillah.. ya Rabb..aku senang.. terimakasih cinta, aku tau Kau masih sayang padaku.” Fara, sahabatku..dia..dia.. tersenyum padaku, masih memanggilku ukhty..aku rindu panggilan itu...”. teriak batinku
“oh..wa wa’alaikumsalam..”. senyumku
***
Aku sudah bosan dengan celaan dan cemoohan orang-orang disekitarku, baik adik tingkat, kakak tingkat dan bahkan dari teman-temanku sendiri.. teman-teman organisasiku.. sedih dan tak menyangka hatiku akan mendapat tamparan bahkan pukulan dari mereka yang kusayang, yang tidak pernah ada sedikitpun aku menghakimi sikap mereka. Tapi kini... aku dihakimi mati-matian layaknya terdakwa perbuatan zina! Duhai Rabb-ku... aku tidak seperti itu.. sungguh..aku hanya rindu ukhuwah yang termahsyur itu... dimana ia ya Rabb...
Berkali ku berlari bersembunyi disudut taman kampus setiap dada ini merasa sesak, sakit dan pahit merasakan setiap kata, pandangan sinis bahkan rasanya aku sudah tak kuat lagi.. aku sempat berfikir ingin mengakhiri hidup ini, tak ada yang peduli denganku saat ini. Hidupku hanya berada diantara mencoba bertahan atau mati. Bodohnya aku...sempat pula aku menyesali perubahan sikap dan penampilanku ini, kenapa aku bergaya se-jahiliyah ini duhai Rabb??... kembalikan aku...
Mendung kini, seolah tau akan kondisi hatiku.. menetes satu persatu namun pasti..membasahi setiap jengkal tanahNya. Mendung yang kian gelap menambah sesak batinku..oh Rabb.. ampuni aku cinta..aku menyesal.. aku ingin kembali..tubuhku bergetar..bukan karna dinginnya suasana kala itu..namun karna perasaan haru ingin merubah diri kembali menjadi pribadiku yang dulu..pribadi yang kokoh dengan cintaNya, aku masih bisa kembali kan ya Rabb..? masih adakah kesempatan itu?...
Aku semakin terduduk.. berangsur tubuhku hilang keseimbangannya.. dambaku aku menemuiMu ya Rabb.. pandanganku mulai kabur.. berkabut..dan..gelap.
***
“alhamdulillah rii... kamu udah sadar.. aku sangat khawatir kemarin..badanmu dingin dan pucat banget sih.. “. Sapa fara khawatir
Antara sadar dan tidak, aku menatap wajah sendunya.. masih terlihat sembab dimatanya..masih terlihat cemas diwajahnya..masih terlihat kasih sayangnya.. oh sahabat..aku merasa bersalah padamu.. melihat senyum itu diwajahmu..hatiku meringis...seperti ada perih luka sayatan yang tersembuhkan...hmm.. kubalas cemasmu dengan senyuman..
“iya fara..aku ga apa-apa ko... Cuma lemes aja...kamu yang bawa aku kesini?”. Tanyaku penasaran
“iya ri, kemarin waktu ujan mulai reda aku liat ada yang tergeletak disudut taman..waktu aku berlari mendekat , aku kaget itu ternyata kamu..langsung deh aku panggil temen-temen dan minta tolong untuk ngebawa kamu ke rumah sakit.. kamu ga sarapan ya ri? Apa sakitmu lagi kambuh? Atau kamu emang lagi kurang enak badan?...hmm?. jelas fara panjang lebar
Ah.. fara..kamu masih sama seperti sahabatku yang dulu, yang selalu ada dan bahkan selalu cereweti aku yang sering lalai akan kesehatanku sendiri. Ternyata ukhuwah yang ribut kucari entah kemana itu sebenarnya ada padamu ra.. bodohnya aku tak puas dengan persahabatan darimu...setiap melihatmu aku serasa melihat syurga, sahabat terbaikku.. hmm ..aku jadi teringat kata-kata mu dahulu..”ri, teman terbaik itu yang selalu ada dikala kamu suka dan duka, bukan hanya ada dikala kamu suka dan akan menghilang dikala kamu duka.. moga kita tetap sahabat ya ri “...
Fara... sosok muslimah yang menjadi teman teladanku, pengingatku, bukan sempurnamu tanpa cacat, tapi karna sempurnamu bercacatlah yang membuatmu menjadi muslimah sejati.. terbaik dimataku... bukan.. bukan karna kamu sahabatku..tapi karna kamu yang tetap tersenyum walau sudah kusakiti...karna kamu yang masih mau mendekatiku walau sudah kucaci bahkan karena kebaikanmu padaku...
Fara..andai semua muslimah sepertimu, yang saling menjaga dan juga terjaga... memesona dunia dengan akhlakmu... menjadi cermin bagi hatimu...menjadi tameng bagi nafsu...hmm.. ajari aku kembali ra... ajak aku mengenali lagi siapa aku dan siapa Rabb-ku...tak terasa air mataku mengalir memandangi wajahnya yang sedang sibuk menyelimutiku.
“ra...maafin aku selama ini yaa...aku nyesel banget atas perlakuan burukku ke kamu dulu”. Kenangku
“hmm.. iya ri.. aku paham kondisimu waktu itu.. bahkan aku selalu memperhatikan dan mengawasimu ko.. aku tau tiap kamu selalu berlari ke sudut taman dan menangis disana... aku tau ri, tiap air mata yang tiba-tiba kamu seka waktu kita berpapasan dulu...aku gak membiarkanmu sendiri ri, aku hanya memberimu waktu..”
Penjelasan fara..membuat simpul senyum diwajahku.. ah fara.. ternyata kamu tidak meninggalkanku..
“ri.. ukhuwah itu masih ada..ia kekal di hati, dan ri.. yang perlu kamu tau dan pahami ukhuwah itu bukan seberapa banyak kamu menerima, tapi seberapa banyak kamu memberi.. yang akhirnya akan membuahkan ukhuwah diantara kita “...
“iya ra... ajak aku lagi ya..” senyumku tulus
***
“assalamu’alaikum ri...hujan nih.. tau kan kamu harus apa??”. Sapa fara
“eh..wa’alaikumsalam ra.. apa ya? Bawa mantel? Udah ko..”. godaku
“iiihhh... bukan!!!... kalo hujan ituuu...
“DOA yukk...”. jawab kami berbarengan
“nahhh... itu taukk... ehehe..”. tawa fara
“iya ra.. aku ga akan lupa nasihatmu itu...”
ALLAHUMMA SHOYYIBAN NAFI’A....
“ri.. ini salah satu waktu mustajab loh.. minta yang banyak yuk ama Allah..”. ajak fara semangat
“oke deh ra..”
Hujan... kau diciptakan Rabb-ku dengan banyak manfaat...semenjak ini aku sangat mencintaimu hujan.. karenamu... aku tersadarkan.. hanya padaNya aku meminta dan memohon pertolongan. Hujan... setiap kau hadir banyak yang ku pinta pada Rabb-ku... namun satu yang sering ku ulang-ulang...”duhai Rabb.. terimalah taubatku”.
Hujan... rintikmu kian terasa membanjiri hatiku.. menyejukkan tiap sisinya dengan rahmat Tuhanmu.. Tuhanku..Allah..Rabb semesta alam..
Hujan...tolong sampaikan taubatku pada Dia.. Rabb yang menggenggam jiwaku.
Pada Dia..yang menganugrahkan persahabatan....
Pada Dia..yang mengenalkan aku pada ukhuwah...
Note : jazakillah untuk ukhty yang sudah menginspirasi karya ini ^^
Semoga Allah menerangi jalan kita selalu, meluruskan yang mulai membengkok dijalanNya... karena ukhuwah itu bukan ada pada jarak yang dekat, tapi melainkan ada pada hati yang berpadu karena Nya..
Oleh : Fadila Rahmadani
No comments:
Post a Comment
assalamualaikum